1/19/2024

Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam berfungsi untuk mengkoordinasikan, memimpin dan mengatur setiap pelaksanaan syariat.

Ada beberapa istilah kepemimpinan dalam Islam diantaranya:

Khalifah, imam dan Ulil Amri yang masing-masing memiliki peran, fungsi dan tugas sebagai mandataris Allah SWT di muka bumi dan menempati Maqom nubuwah setelah wafatnya Rasulullah Saw.

Allah SWT telah berfirman:

 وإذ قال ربك للملائكة إنى جاعل في الارض خليفة 

"Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi."

Imam Asy-Syuyuti dalam tafsirnya menjelaskan makna dari ayat tersebut: يخلفنى لتنفيد احكامى
Orang yang menggantikanku (mewakiliku) dalam melaksanakan hukum-hukumku. (Tafsir Jalalain dari QS. Al-Baqarah:30)

Imam Al-Mawardi menjelaskan dalam kitab Al-Ahkam wa Shulthoniyah:

الإمامة: موضوعة لخلافة النبوة حراسة الدين و سياسة الدنيا Imamah atau kepemimpinan itu menempati Maqom nubuwah dalam menjaga agama dan mengatur kehidupan dunia. (Ahkam Ash-Shulthoniyah bab 'Aqdul Imamah 1/15) Bahkan Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya mengatakan telah terjadi kesepakatan para ulama tentang kewajiban kepemimpinan: هذه الآية أصل في نصب إمام وخليفة يسمع له و يطاع، لتجتمع به الكلمة، وتنفذ

11/17/2023

AQIDAH

 A.     Aqidah Islam

Aqidah adalah asas/landasan hidup bagi kaum muslimin, dengan bentuk kita mampu menjadikan dan menerima Allah Swt sebagai satu-satunya sumber Otoritas (Rab), legalitas (Malik) dan loyalitas (Ilah) .

Dari hasil pembacaan al-Qur`an  dan al-sunnah dapat kita temukan bahwa Allah Swt. berperan sebagai Rabb, Malik dan Ilah.

Perhatikan Qs : Qs. al-Fatihah [1]: 2,4,5; al-Nas [114]: 1-3. [[1]]

E    

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. segala puji] bagi Allah, Tuhan semesta alam Maha  Pemurah lagi Maha Penyayang. yang menguasai  di hari Pembalasan.  hanya Engkaulah yang Kami  sembah , dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.

?@è%Eb>t?I/ ?¨$¨Y9$#   ?7I=tB ?¨$¨Y9$#    Im»s9I) ?¨$¨Y9$#  

Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.raja manusia. sembahan manusia.

Begitu pula dalam Hadist Rasul Saw mengisyaratkan ketiga unsur tauhid di atas :

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ ، أَنَّ أَبَا بَكْرٍ قَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، عَلِّمْنِيْ كَلِمَاتٍ أَقُوْلهُاَ إِذَا أَصْبَحْتُ ، وَإِذَا أَمْسَيْتُ . قَالَ : « قُلْ : اَللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ، أَنْتَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكُهُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ . قُلْهَا إِذَا أَصْبَحْتَ ، وَإِذَا أَمْسَيْتَ ، وَإِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ » أبو يعلى الموصلي

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Abu Bakar berkata: ya Rasulullah Ajarkan aku beberapa kalimat yang kuucapkan tiap pagi dan sore. Beliau bersabda: “Katakanlah ya Allah Pencipta langit dan bumi, Yang Mengetahui yang nampak dan ghaib, Engkaulah Rabb, Malik segala sesuatu, tiada Ilah kecuali engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan jiwaku, kejahatan syetan dan penyekutuannya. Katakanlah di waktu pagi dan soremu dan bila hendak tidur.” (HR. Abu Ya’la al-Maushily) [[2]]

Dengan tolak ukur ayat dan hadis di atas, maka unsur-unsur aqidah dapat disimpulkan dengan rumusan Rububiyyah, Mulkiyyah dan Uluhiyyah.

1.      Rububiyah Allah SWT

Allah sebagai Rabb berarti Allah sebagai Pencipta, Pendidik, Pengatur, Penjamin logistik seluruh makhluk, Penjaga stabilitas keamanan, Pemilik hukum, dan Pembuat undang-undang. Allah adalah Pengatur alam semesta, Pengatur manusia, Pengatur ’Arsy dan Pengatur segala sesuatu.

Oleh karenanya, aqidah terhadap  rububiyyah Allah adalah meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya Rabb (Maha Pencipta, Pengatur, Pemelihara, Maha Penjamin logistik atau rezeki, Penjamin keamanan, Maha Pendidik dan Pengajar) serta mengimani secara yakin bahwa Allah sebagai Rabb, hanya ditangan-Nya-lah kewenangan mutlak/absolut membuat aturan, undang-undang/hukum.

Inilah makna pengakuan tauhid la Rabba illallah. Artinya, ia harus menafikan (menolak, menjauhi dan memerangi) segala bentuk hukum, ideologi, produk hukum, perundang-undangan dan adat-istiadat yang tidak dibangun berdasarkan tuntunan Allah.

Allah sebagai Rabbinnas dibuktikan oleh si hamba dengan memberlakukan undang-undang-Nya di muka bumi ini baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia dalam segala aspek kehidupan baik ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam dan lain sebagainya sebagai wujud nyata dari kesempurnaan sistem dalam Islam.  Jika tidak, berarti pengakuannya palsu dan dusta besar terhadap Allah Swt, dan dinyatakan dalam al-Qur`an tidak dianggap beragama sedikitpun. [3]

2.      Mulkiyah Allah SWT [[4]]

kata Malik memiliki arti sebagai raja [[5]], pemilik segala sesuatu [[6]] . Allah sebagai Malik berarti Allah sebagai raja, pemilik segala sesuatu. Aqidah mulkiyyah berarti mengimani bahwa hanya Allah sebagai Raja manusia, Raja alam semesta dan Raja segala sesuatu yang wajib ditaati. Tidak ada kedaulatan dan kerajaan lain yang boleh diakui apalagi ditaati selain kedaulatan dan kerajaan-Nya.

Mulkiyyah Allah di bumi diproyeksikan dalam bentuk lembaga risalah (lembaga Negara Khilafah) yang kedudukannya menempati maqam nubuwwah, yakni suatu struktur lembaga pemerintahan hukum Allah yang sah, diamanahkan kepada orang beriman (Uli al-Amr) sebagai syahid atas manusia dan kelak dimintai pertanggungjawabannya  di hadapan al-Malik al-Haqq.

Berdasarkan hal ini, maka secara nyata bahwa manusia harus mewujudkan kekhalifahan Allah dan menafikan (menolak, menjauhi dan memerangi) segala bentuk kekuasaan, kerajaan, pemerintahan  dan kepemimpinan yang tidak ditegakkan atas dasar tuntunan Allah SWT. Inilah makna “La Malika Illallah

3.      Uluhiyah Allah SWT

Kata Ilah dalam bahasa arab mengandung arti ma’bud dan musta‘an. Ma’bud adalah salah satu makna dari Ilah, yaitu yang diibadahi  . Ilah atau ma’bud maknanya meliputi: Yang dicintai ,Yang diibadahi, Yang diminta pertolongan. 

Seluruh rasul membawa misi proklamasi tauhid ibadah hanya kepada Allah [[7]]. Ajaran ketauhidan atau monotheisme dalam Islam yang disebut "la Ilaha illallah", adalah suatu konsepsi tertinggi tentang ketuhanan, menolak setiap bentuk ideologi dan falsafah ketuhanan ganda. Islam tidak mengenal adanya pengabdian ganda, karena hal  itu merupakan sifat nifaq (bermuka dua) dan syirik. Si muslim dituntut pengabdiannya semata-mata hanya kepada Allah swt, tidak kepada yang lainnya.

Keyakinan kepada uluhiyyah Allah secara integral pula merupakan bentuk konkrit yang diterapkan dalam kehidupan dengan melaksanakan rububiyyah Allah di mulkiyyah Allah. Wujudnya adalah sekelompok manusia yang beriman kepada Allah swt yang menjalankan hukum dan program Allah di lembaga yang diridhai Allah. Maka keyakinan ini akan memberikan dampak menyelamatkan eksistensi kehidupan manusia di bawah naungan ridha dan rahmat Allah swt. Tatanan kehidupan yang terbentuk merupakan wujud nyata keseimbangan dan keserasian terhadap sunnatullah dan sunnaturrasul.

Lihat skema di bawah ini :

Rububiyahh

Mulkiah

Uluhiyah

Syari’ah

Qiyadah

Ibadah

Daulah

Allah SWT


 

Demikian pula thaghut [[8]] berperan sama sebagai Rabb, Malik dan Ilah berdasarkan al-Qur`an [[9]]

Dalam al-Qur`an disebutkan bahwa Fir’aun penguasa mesir, merupakan personifikasi thaghut yang telah memproklamirkan diri sebagai rabb [[10]] أَنَا رَبُّكُمُ الأَعْلَى , malik [[11]]   أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْر  dan ilah[[12]] لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلهَاً غَيْرِي   tandingan Allah Swt. Namun pengakuan batilnya itu tidak terbukti sehingga binasalah ia, meskipun pada detik-detik terakhir kematiannya ia mencabut proklamasinya dan mengakui rububiyyah Allah. Allah telah mengabadikan hal ini dalam al-Qur`an bahkan jasadnya pun diabadikan sebagai pelajaran bagi kaum setelahnya. 

Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan Kepemimpinan dalam berfungsi untuk mengkoordinasikan, memimpin dan mengatur setiap pelaksanaan syariat. Ada beberapa istilah ...